Gubernur Dorong UIN Datokarama Jadi Pelopor Percepatan Target Pembangunan Daerah Melalui Visi “Sulteng Nambaso”

Gubernur Sulteng, Dr. H. Anwar Hafid besama Rektor UIN Datokarama Palu, Prof. H. Lukman Tahir, M.Ag (paling kiri), Dekan FUAD Dr. H. Sidik,M.Ag (dasi kuning) bersama para pimpinan UIN Datokarama Palu saat Asesmen Lapangan, 08/12/2025

Palu (FUAD UIN DK) — Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, mendorong Universitas Islam Negeri Datokarama untuk mengambil peran strategis sebagai pelopor percepatan pembangunan daerah melalui visi “Sulteng Nambaso”. Hal itu ia tegaskan saat membuka seremonial Asesmen Lapangan Akreditasi Perguruan Tinggi UIN Datokarama pada Senin, 8 Desember 2025, di Lere, Kecamatan Palu.

Dalam sambutannya, Gubernur menjelaskan bahwa istilah “Nambaso” berasal dari bahasa Kaili yang berarti besar, dan kini menjadi slogan pemerintahan provinsi sebagai simbol tekad menjadikan Sulawesi Tengah sebagai daerah yang maju di berbagai sektor, termasuk pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Ia menambahkan, “Nambaso” juga merupakan akronim dari Anak Miskin Bisa Sekolah, sebuah komitmen pemerataan akses pendidikan untuk seluruh masyarakat Sulteng.

“Saat ini rata-rata lama sekolah di Sulteng baru sembilan tahun. Target kita, pada 2029 angka tersebut meningkat menjadi 12 tahun,” ujar Gubernur.

Ia menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi melalui program Berani Cerdas tengah memperluas kesempatan belajar bagi masyarakat, khususnya kelompok kurang mampu. Dalam kerangka itu, UIN Datokarama dipandang memiliki posisi sentral untuk memperkuat pembangunan manusia melalui riset, pendidikan karakter, dan pengabdian masyarakat.

Rektor UIN Datokarama, Prof. Lukman S. Thahir, menegaskan kesiapan kampus untuk bersinergi dengan pemerintah daerah. Ia menyampaikan bahwa semangat “Sulteng Nambaso” akan diintegrasikan dalam seluruh aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi, termasuk penguatan budaya akademik yang inklusif.

“Kami menjadikan kampus ini sebagai rumah bersama yang toleran dan tempat lahirnya ide-ide inovatif untuk kemajuan daerah. Semangat ‘Nambaso’ akan menjadi roh dalam setiap kegiatan akademik maupun non-akademik,” ujar Rektor.

Melalui kolaborasi tersebut, UIN Datokarama menegaskan komitmennya untuk berkontribusi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia serta mendukung agenda pembangunan Sulteng secara berkelanjutan.

(Humas FUAD)

Menag Paparkan Makna Semboyan “Ikhlas Beramal” bagi ASN Kemenag

Semarang (Kemenag) – Menteri Agama Nasaruddin Umar, memaparkan makna mendalam dari prinsip Ikhlas Beramal bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama dalam Tausiyah Kebangsaan yang digelar di Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah.

Menag menyebut agama sebagai sahabat yang menghadirkan keindahan batin dalam setiap pengabdian. Menurutnya, bekerja di Kementerian Agama bukan sekadar menjalankan tugas administratif, melainkan bentuk pengabdian yang berasal dari kedalaman spiritual.

“Agama itu indah. Bagi ASN Kemenag, agama harus menjadi sumber kenikmatan dalam pengabdian, bukan beban. Dari situlah lahir keikhlasan,” ujar Menag, Senin (08/12/2025).

Acara Tausiyah Kebangsaan ini digelar bersamaan dengan peresmian Gedung Kantor Kanwil Kemenag Jawa Tengah, dihadiri oleh Jajaran Rektor PTKN di Provinsi Jawa Tengah, serta ASN dari Kanwil dan Kankemenag di Provinsi Jateng.

Menag menjelaskan bahwa semboyan Ikhlas Beramal memiliki makna teologis dan etis. Menag kemudian menguraikan tingkatan-tingkatan nilai keikhlasan, kesabaran, dan kesyukuran sebagaimana dijelaskan dalam literatur tasawuf dan Al-Qur’an.

“Ikhlas itu ada kelas-kelasnya. Ada yang berbuat baik sambil masih menghitung amalnya, ada yang berbuat baik sampai lupa bahwa itu amal baik. Itu yang tertinggi, dan di situlah seorang ASN Kemenag seharusnya berada,” ucapnya.

Ia juga menyinggung makna sabar yang tidak hanya pasrah, tetapi tetap berbuat baik dalam keadaan apa pun. “Sabar yang paling tinggi itu ketika seseorang tetap berbuat baik meski diperlakukan tidak adil”, tuturnya.

Sementara syukur, lanjut Menag, tidak hanya sebatas memuji Allah dengan lisan, tetapi berbagi nikmat dengan sesama. “Derajat syukur tertinggi adalah menerima segala ketetapan Allah dengan optimis, bahkan ketika itu musibah”, lanjutnya.

Menag juga menjelaskan dalam kata “Beramal”, mengandung kata “‘Amal”, yang berarti melakukan sesuatu. Menag menegaskan bahwa Al-Qur’an menggunakan istilah ‘amil untuk menggambarkan orang yang berbuat baik, bukan fa’al. Hal ini, katanya, menunjukkan standar etika kerja yang tinggi dalam ajaran Islam.

“‘Amil itu pekerja profesional yang merencanakan, mengukur, dan mempertanggungjawabkan setiap amalnya. Berbeda dengan fa’al, yang sekadar melakukan tanpa arah dan tanpa tanggung jawab. ASN Kemenag harus menjadi ‘amil, bukan sekadar pelaku serampangan,” tegas Menag.

Dalam kesempatan itu, Menag kembali menekankan pentingnya integritas aparatur Kemenag. Ia mengingatkan bahwa masyarakat selalu menempatkan pegawai Kemenag pada standar moral lebih tinggi.

Menag Nasaruddin Umar Meresmikan Gedung Kanwil Kemenag Jateng

“ASN Kemenag itu dilihat orang seperti malaikat, padahal kita manusia biasa. Karena itu jangan sekali-sekali mengambil yang bukan haknya. Kita tidak mencari yang paling banyak, tetapi yang paling berkah,” pesannya.

Ia juga memaknai kantor sebagai ruang pembentukan karakter, bukan sekadar tempat bekerja. “Kantor itu tempat melahirkan karya dan menetaskan amal. Jangan jadikan kantor seperti pasar; jadikan ia ruang pelayanan yang menghadirkan keberkahan,” ujar Menag.

Sumber: Menag RI

Seminar Nasional IAT dan SPI FUAD UIN Datokarama Bahas Dinamika Studi Tafsir di Indonesia Timur

Palu (FUAD UIN DK)— Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) serta Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUAD) UIN Datokarama Palu menyelenggarakan Seminar Nasional bertema “Sejarah Perkembangan Studi Tafsir di Kawasan Indonesia Timur” pada Selasa, 9 Desember 2025, bertempat di Aula Pascasarjana UIN Datokarama Palu. Kegiatan ini menjadi ruang akademik penting dalam memetakan perkembangan kajian tafsir di wilayah timur Indonesia yang selama ini masih jarang disorot.

Dekan FUAD UIN Datokarama Palu, Dr. H. Sidik, M.Ag., dalam sambutannya menegaskan bahwa seminar ini merupakan langkah strategis bagi fakultas untuk memperkuat tradisi keilmuan berbasis riset. Ia menilai bahwa pembahasan mengenai tafsir Nusantara—khususnya wilayah timur—perlu terus didorong agar tidak tertinggal dari wacana akademik nasional.

“FUAD memiliki tanggung jawab moral dan akademik untuk membuka ruang penelitian yang lebih luas, terutama pada wilayah-wilayah yang selama ini jarang dijamah oleh para peneliti,” ujarnya sembari membuka acara secara resmi.

Hadir sebagai narasumber utama, Prof. Dr. Islah Gusmian, M.Ag., Direktur Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta, yang dikenal luas sebagai pakar kajian tafsir Nusantara. Prof. Islah menegaskan bahwa kajian tafsir di Indonesia selama ini cenderung berpusat pada wilayah barat dan tengah, sementara kekayaan intelektual di kawasan timur masih kerap terpinggirkan dari percakapan akademik arus utama. Menurutnya, hal ini menyebabkan narasi sejarah tafsir Nusantara menjadi timpang dan kurang mencerminkan keragaman sebenarnya.

Ia menyampaikan bahwa pengembangan studi tafsir Indonesia Timur harus dilakukan melalui pendekatan historis dan sosio-kultural. Pendekatan ini bertujuan membaca bagaimana konteks lokal—mulai dari struktur masyarakat, tradisi keagamaan, hingga dinamika sosial politik—membentuk corak penafsiran yang lahir di wilayah tersebut.

Prof. Islah juga menyoroti keberadaan manuskrip, karya tafsir lokal, serta tradisi pengajaran tafsir di pesantren dan lembaga pendidikan Islam di berbagai daerah timur. Menurutnya, banyak sumber primer yang potensial tetapi belum terpetakan secara sistematis. “Indonesia Timur memiliki kekayaan naskah dan tradisi tafsir yang sangat khas. Tantangan terbesar kita adalah melakukan penelitian lapangan, dokumentasi, dan pembacaan ulang terhadap warisan intelektual tersebut,” ujarnya.

Lebih jauh, ia menilai bahwa studi tafsir di kawasan ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah interaksi Islam dengan masyarakat pesisir dan kepulauan. Jalur perdagangan, mobilitas ulama, hingga kontak budaya menjadi faktor yang turut membentuk ragam pemaknaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.

Dalam sesi diskusi, Prof. Islah menekankan perlunya kolaborasi antara perguruan tinggi di Indonesia Timur dalam mengembangkan peta riset tafsir Nusantara yang lebih komprehensif. Ia berharap generasi muda peneliti ikut mengambil peran dalam menggali dan menghidupkan kembali khazanah keilmuan tersebut.

Acara berlangsung dengan khidmat dan interaktif. Sejumlah peserta aktif mengajukan pertanyaan terkait metodologi penelitian tafsir Nusantara dan urgensi dokumentasi manuskrip keagamaan yang tersebar di berbagai wilayah timur Indonesia, Dr. Darlis, Lc., M.S.I., bertindak sebagai moderator.

Seminar ini turut dihadiri Ketua Senat UIN Datokarama Palu, para dekan dari FEBI dan FSaintek, para wakil dekan, serta sivitas akademika FUAD lainnya. Kehadiran para pimpinan universitas menunjukkan dukungan kuat terhadap pengembangan riset tafsir dan sejarah peradaban Islam di lingkungan kampus.

Melalui kegiatan ini, FUAD UIN Datokarama Palu berharap semakin banyak kajian akademik yang lahir dari mahasiswa dan dosennya, khususnya mengenai perkembangan studi Islam di kawasan timur Indonesia. Seminar Nasional ini diakhiri dengan penyerahan sertifikat serta buku karya  Dr. Darlis, Lc., M.S.I., kepada Prof. Islah sebagai cenderamata.

(Humas FUAD)

Guru Besar UIN Datokarama Tekankan Moderasi Beragama sebagai Karakter Tenaga Kependidikan

PALU (FUAD UINDK) — Guru Besar Filsafat Islam UIN Datokarama Palu, Prof. Zainal Abidin, menegaskan bahwa moderasi beragama harus menjadi karakter dasar seluruh tenaga kependidikan di lingkungan kampus. Penegasan itu ia sampaikan saat tampil sebagai pemateri pada kegiatan Pembinaan Tenaga Kependidikan Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan (AUPK) UIN Datokarama Palu yang digelar di Swiss-Belhotel Palu, Sabtu (22/11/2025).

Dalam paparannya, Prof. Zainal meluruskan kesalahpahaman yang sering muncul di masyarakat terkait istilah moderasi beragama. Menurutnya, masih banyak yang keliru dengan menyamakan moderasi beragama dengan moderasi agama.

“Moderasi beragama berfokus pada cara individu dan kelompok menjalankan agama dengan seimbang, proporsional, dan tidak berlebih-lebihan. Sementara moderasi agama secara keliru menggambarkan seolah-olah ajaran agama itu sendiri yang harus diubah atau disesuaikan. Padahal, moderasi beragama menyangkut sikap penganutnya, bukan isi ajaran agamanya,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa seluruh agama, termasuk Islam, pada dasarnya sudah mengajarkan prinsip moderasi, keadilan, dan keseimbangan. Karena itu, yang perlu diperkuat adalah perilaku umat ketika menerapkan ajaran tersebut dalam kehidupan social, mencar persamaan yang bias menjadi perekat, bukan malah mencari perbedaan untuk memecah belah.

Menurut Prof. Zainal, moderasi beragama berada pada wilayah praktik keberagamaan, bukan pada wilayah doktrin. Konsep ini bertujuan menciptakan kerukunan dan harmoni sosial tanpa mengorbankan keyakinan maupun kemurnian ajaran agama.

Landasan moderasi beragama juga kuat, baik secara teologis maupun historis. Secara teologis, Al-Qur’an melalui QS. Al-Baqarah ayat 143 mengajarkan konsep ummatan wasathan—umat yang moderat. Secara historis, Piagam Madinah menjadi bukti bahwa masyarakat multikultur dapat hidup berdampingan secara toleran dan berkeadilan.

Di lingkungan kampus, kata Zainal, penguatan moderasi beragama harus dimulai dari tenaga kependidikan sebagai garda terdepan pelayanan dan penghubung antara lembaga dan publik.

“Tenaga kependidikan harus mampu memberi arahan agar umat tidak terjebak pada fanatisme, polarisasi pemikiran, maupun sikap eksklusif yang memicu perpecahan,” jelasnya. Ia juga menekankan pentingnya sikap teladan, etika komunikasi, dan kemampuan merespons dinamika sosial secara bijak.

Sebagai rujukan keteladanan, Zainal mengangkat empat imam mazhab besar—Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad bin Hanbal—yang meski berbeda pandangan, tetap saling menghormati dan tidak mengklaim kebenaran tunggal.

“Moderasi beragama berarti menghidupkan kembali karakter umat Islam sebagai ummatan wasathan. Inilah nilai yang harus kita bawa dalam kehidupan beragama, bernegara, dan terutama dalam lingkungan akademik,” tutupnya.

(HUMAS FUAD)

Bangun Budaya Kerja Berbasis Empati, Rektor UIN Datokarama Ajak Tendik “Saling Memahami”

Palu (UIN DK Palu)—Rektor UIN Datokarama Palu, Prof. Dr. H. Lukman Tahir, M.Ag., resmi membuka kegiatan Pembinaan Tenaga Kependidikan Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan UIN Datokarama Palu yang digelar di Swiss-Belhotel, Sabtu (22/11).

Dalam sambutannya, Rektor mengawali dengan mengutip QS. Al-Hujurat ayat 13 yang menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal.

“Ayat ini memberi pesan bahwa proses saling mengenal merupakan dasar dari kehidupan bersama,” ujarnya.

Rektor kemudian menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga dimensi keberadaan: biologis, sosiologis, dan psikologis.


Pertama, manusia sebagai makhluk biologis, yakni laki-laki dan perempuan. Kedua, sebagai makhluk sosiologis yang secara kodrati membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketiga, manusia sebagai makhluk psikologis yang memiliki emosi, perasaan, dan dinamika kejiwaan.

Menurutnya, ketiga aspek tersebut sering kali menjadi ruang munculnya konflik, kekecewaan, dan keluh kesah dalam keseharian. Karena itu, Al-Qur’an menempatkan ketakwaan sebagai penentu utama derajat manusia, bukan suku, latar belakang, atau kedudukan sosial.

“Jika dalam keseharian kita masih mudah menyakiti orang lain, itu berarti kita belum memahami diri dan sesama sebagai makhluk psikologis,” tegasnya.

Rektor juga menekankan pentingnya memahami keberagaman gaya komunikasi berdasarkan latar budaya dan geografis.

Ia mencontohkan perbedaan intonasi masyarakat Ternate yang cenderung keras karena karakter wilayah kepulauan, dibandingkan masyarakat Solo yang lebih halus. Menurutnya, tanpa saling mengenal, perbedaan tersebut dapat menimbulkan salah paham.

“Demikian juga di lingkungan UIN Datokarama. Kita harus mengenal latar belakang satu sama lain agar nilai-nilai kemanusiaan dapat tumbuh dan terawat,” katanya.

Untuk memperkuat budaya keterbukaan, Rektor mengungkapkan bahwa ia kini mengubah ruang kerjanya menjadi tanpa sekat, agar sivitas akademika dapat lebih leluasa menyampaikan aspirasi maupun keluhan.

“Saya ingin membangun tradisi baru, ruang kepemimpinan yang egaliter dan mudah diakses,” tambahnya.

Ia menutup sambutan dengan pesan moral

“Ibarat pohon, jika sering disiram maka tidak akan kering. Orang bertakwa bukan karena tidak pernah salah, tetapi karena selalu beristigfar ketika melakukan kesalahan, ketinggian martabat seseorang di sisi Allah bukan berdasarkan suku atau keturunan, tetapi ketakwaannya.”

Rektor berharap, melalui kegiatan pembinaan ini dapat memperkuat rasa saling memahami dan menghargai, sehingga berdampak pada peningkatan kinerja tenaga kependidikan.

Pembukaan kegiatan ini turut diisi oleh laporan Kepala Biro AUPK, Drs. Suleman Awad, M.Pd. Acara dihadiri oleh Warek I dan II, para dekan, Kepala SPI, Ketua LPM, para kepala UPT, para kabag dan kasubbag fakultas, serta 150 peserta lainnya.

(HUMAS FUAD)

Prof. Zainal Beri Pencerahan Penting Mengenai Tantangan Pendidikan Tinggi di Abad ke-21

Prof Zainal menjadi pembicara dalam Kuliah Tamu di Universitas Tadulako
Foto: Kabar Inspirasi.com

PALU (FUAD UINDK) – Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUAD) UIN Datokarama Palu kembali menunjukkan kontribusi strategisnya dalam percaturan akademik regional melalui kiprah salah satu dosen terbaiknya, Prof. Zainal Abidin, Guru Besar Filsafat Islam pada Program Studi Akidah dan Filsafat Islam (AFI). Ia tampil sebagai narasumber utama pada Kuliah Tamu yang digelar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad), Kamis, 20 November 2025.

Dalam kesempatan tersebut, sosok akademisi yang juga menjabat sebagai Rais Syuriyah PBNU, Ketua FKUB Sulawesi Tengah, dan Ketua MUI Kota Palu ini memaparkan dinamika besar dunia pendidikan tinggi di tengah derasnya arus perubahan global. Prof. Zainal membuka sesi dengan menegaskan bahwa seluruh sektor kini hidup dalam pusaran Era VUCA—volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity—yang menuntut adaptasi cepat dari dunia kampus.

“Dunia berubah begitu cepat, teknologi bergerak agresif, dan kebutuhan kompetensi manusia ikut berubah setiap saat,” tegasnya.

Menurutnya, perguruan tinggi tidak lagi cukup menghasilkan lulusan “pintar” secara tradisional. Kampus kini harus memastikan mahasiswanya menjadi pribadi yang kreatif, adaptif, kolaboratif, komunikatif, serta memiliki karakter kuat untuk menjawab tuntutan zaman.

Ia menyoroti empat kompetensi inti 21st Century Skills atau 4C—Critical Thinking, Creativity, Collaboration, dan Communication—yang wajib dikuasai oleh lulusan perguruan tinggi. Di samping itu, tiga literasi penting juga harus diperkuat: literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya.

“Ini semua harus ditopang karakter seperti integritas, kerja keras, tanggung jawab, dan growth mindset,” ujar Prof. Zainal.

Dalam paparannya, Prof. Zainal menekankan peran strategis dosen muda sebagai motor perubahan kampus. Ia menyarankan penguatan kapasitas melalui mentoring, coaching, workshop pembelajaran abad ke-21, hingga pengembangan riset berdampak dan pemanfaatan teknologi digital seperti kecerdasan buatan.

“Dosen muda harus tampil sebagai figur inspiratif dengan integritas akademik tinggi,” katanya.

Sementara bagi mahasiswa, ia mendorong penerapan pembelajaran berbasis proyek dan riset untuk membentuk pribadi yang mandiri (self-directed learner), kolaboratif, dan inovatif. Mahasiswa juga perlu memperkuat soft skills dan literasi digital yang beretika agar mampu menciptakan solusi nyata bagi masyarakat.

Kehadiran Prof. Zainal sebagai narasumber lintas kampus ini menegaskan posisi FUAD UIN Datokarama Palu sebagai fakultas yang aktif mendorong diskursus akademik di Sulawesi Tengah. Sebagai dosen tetap Prodi Akidah dan Filsafat Islam, kiprahnya mencerminkan kapasitas keilmuan FUAD yang tidak hanya kuat dalam teori, tetapi juga berperan dalam penyusunan arah pendidikan tinggi di era digital.

“Perguruan tinggi bertanggung jawab menyiapkan generasi yang cerdas, berkarakter, dan membawa perubahan,” tutupnya.

Melalui kontribusi ini, FUAD UIN Datokarama Palu terus mengokohkan perannya sebagai pusat pemikiran Islam dan penguatan intelektual yang relevan dengan kebutuhan zaman.

(HUMAS FUAD)

FUAD UIN Datokarama Tutup Workshop RPS Terintegrasi dengan Pembahasan OBE

Palu (FUAD UIN-DK) Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUAD) UIN Datokarama Palu resmi menutup rangkaian kegiatan Workshop RPS Terintegrasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) pada Rabu 21 November 2025, Kegiatan yang berlangsung sejak pagi pukul 08.00 hingga 11.00 WITA ini menjadi puncak dari agenda pelatihan penyusunan Rencana Pembelajaran Semester yang berorientasi pada penguatan kualitas pembelajaran di lingkungan fakultas.

Pada hari kedua ini, peserta mendapatkan materi mendalam mengenai RPS berbasis Outcome Based Education (OBE). Pemaparan disampaikan oleh narasumber Rafiq Bajeber, M.Pd., yang menjelaskan konsep penyusunan capaian pembelajaran, konstruksi asesmen, serta strategi pembelajaran yang selaras dengan standar OBE. Peserta terlihat antusias mengikuti sesi yang berlangsung interaktif tersebut.

Dalam penyampaiannya, Rafiq menekankan bahwa OBE bukan sekadar format baru, tetapi pendekatan menyeluruh untuk memastikan mahasiswa memperoleh kompetensi yang dapat diukur dan relevan dengan kebutuhan dunia akademik maupun profesional. Ia juga menunjukkan contoh implementasi RPS yang mengintegrasikan penelitian dan PkM dosen sebagai bagian dari proses pembelajaran di kelas.

Workshop ini bertujuan memberikan pemahaman praktis kepada dosen dalam mengembangkan RPS yang tidak hanya memenuhi standar akreditasi, tetapi juga menumbuhkan budaya akademik berbasis riset. Dengan demikian, diharapkan kualitas proses belajar mengajar di FUAD semakin meningkat dan selaras dengan arah kebijakan kampus dalam memperkuat tridharma perguruan tinggi.

Selama kegiatan berlangsung, peserta aktif berdiskusi dan memperdalam pemahaman mengenai konstruksi CPL, CPMK, indikator capaian, serta metode evaluasi. Workshop ini juga membuka ruang bagi kolaborasi antardosen dalam mengintegrasikan hasil penelitian dan kegiatan PkM ke dalam konten perkuliahan.

Menjelang penutupan, panitia menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta dan narasumber atas partisipasi aktif selama dua hari pelaksanaan workshop. Kegiatan ini diharapkan menjadi titik awal terbentuknya penyelarasan kurikulum yang lebih kuat di lingkungan fakultas.

Acara resmi ditutup oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab, Dr. H. Sidik, M.Ag., yang dalam sambutannya menegaskan komitmen fakultas untuk terus mendorong peningkatan kualitas RPS dan proses pembelajaran. Ia berharap hasil workshop ini dapat segera diimplementasikan oleh seluruh dosen dalam penyusunan dan pengembangan RPS semester mendatang. “Kita ingin pembelajaran yang lebih terstruktur, terukur, dan berorientasi pada capaian nyata mahasiswa,” ujarnya sebelum menutup kegiatan secara resmi.

FUAD BERKUMIS (Berkualitas, Unggul dan Humanis)

FUAD UIN Datokarama Palu Terima Kunjungan Fakultas Ilmu Budaya UNAIR, Bahas Kerja Sama Akademik dan Sosialisasi Program Pascasarjana

Palu — Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUAD) UIN Datokarama Palu, Dr. H. Sidik, M.Ag., menerima sekaligus membuka kegiatan Sosialisasi Program Magister dan Doktor Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (UNAIR) yang digelar di Aula Pascasarjana UIN Datokarama Palu, Jumat, 21 November 2025.

Acara sosialisasi ini dihadiri oleh para Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Wakil Dekan III FUAD, serta Kepala Bagian Tata Usaha FUAD.

Sementara itu, rombongan Fakultas Ilmu Budaya UNAIR dipimpin oleh Wakil Dekan I, Prof. Sarkawi B. Husain, M.Hum., bersama Dewi Meyrasyawati, S.S., M.A., M.Hum., Ph.D., serta para koordinator Program Magister Kajian Sastra dan Budaya, Magister Ilmu Linguistik, dan Program Doktor Ilmu Humaniora.

Dekan FUAD Paparkan Gambaran Umum UIN dan Pengembangan Fakultas

Dalam sambutannya, Dr. H. Sidik, M.Ag. menyampaikan apresiasi atas kunjungan akademik Fakultas Ilmu Budaya UNAIR. Ia menjelaskan bahwa UIN Datokarama Palu tengah memperkuat pengembangan kelembagaan, baik dari sisi akreditasi, mutu akademik, maupun perluasan jejaring kerja sama lintas perguruan tinggi.

“Sebagai salah satu UIN yang berkembang pesat di kawasan Timur Indonesia, UIN Datokarama terus membangun atmosfer akademik yang inklusif dan kompetitif. FUAD sendiri meningkatkan kualitas tridharma melalui penguatan SDM, pengembangan program studi, serta kolaborasi dengan kampus-kampus besar seperti UNAIR,” ungkapnya.

Dekan juga memberikan gambaran mengenai perkembangan Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) yang menjadi salah satu prodi unggulan di FUAD. Ia menyampaikan bahwa prodi tersebut telah menunjukkan kinerja akademik yang stabil dan produktif.

“Prodi SPI saat ini telah meluluskan bebrapa angkatan, Ini menunjukkan bahwa kapasitas akademik dan kompetensi lulusan SPI terus meningkat dari waktu ke waktu,” jelasnya.

Ia berharap kehadiran UNAIR dapat membuka peluang kolaborasi yang relevan dengan bidang kajian sejarah dan humaniora, sehingga mahasiswa dan alumni SPI dapat memperluas wawasan akademik hingga ke tingkat pascasarjana.

Penandatanganan MoA FUAD – FIB UNAIR

Dalam kegiatan ini juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) antara Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Datokarama Palu dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga sebagai bentuk komitmen memperkuat kolaborasi akademik di bidang pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Kerja sama ini diharapkan dapat membuka akses pendidikan lanjutan bagi dosen dan alumni UIN Datokarama, sekaligus memperluas jaringan keilmuan dan penelitian antara kedua fakultas.

(HUMAS FUAD)

Penguatan Akademik: FUAD UIN Datokarama Adakan Workshop RPS Terintegrasi Penelitian dan PKM

Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUAD) UIN Datokarama Palu menyelenggarakan Workshop Penyusunan RPS Terintegrasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Tahun 2025. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis, 20 November 2025, bertempat di Auditorium UIN Datokarama Palu, dan berlangsung sejak pukul 08.00 hingga 15.00 WITA. Workshop ini menjadi salah satu langkah strategis fakultas dalam meningkatkan mutu pembelajaran serta relevansi kurikulum dengan capaian penelitian dan pengabdian dosen.

Pada acara pembukaan, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Adab, Dr. H. Sidik, M.Ag., memberikan sambutan pertama. Dalam arahannya, beliau menegaskan pentingnya penyelarasan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dengan perkembangan riset dan kebutuhan masyarakat. Menurutnya, dosen perlu mengintegrasikan hasil penelitian ke dalam proses pengajaran agar mahasiswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih kontekstual dan aktual.

Sambutan berikutnya disampaikan oleh Rektor UIN Datokarama Palu, Prof. Dr. Lukman S. Tahir, M.Ag., yang sekaligus membuka acara secara resmi. Rektor menyampaikan bahwa penguatan RPS terintegrasi riset dan PKM merupakan bagian dari agenda besar transformasi akademik di UIN Datokarama. Ia menekankan bahwa kualitas perguruan tinggi sangat ditentukan oleh kualitas kurikulum dan implementasinya di ruang kelas.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh Wakil Rektor I dan Wakil Rektor III, yang menunjukkan dukungan penuh pimpinan universitas terhadap penguatan kapasitas akademik dosen FUAD. Kehadiran para pimpinan ini sekaligus menegaskan urgensi kegiatan sebagai bagian dari peningkatan mutu pendidikan di tingkat fakultas dan universitas.

Pada hari pertama, workshop menghadirkan pemateri utama, yaitu Ketua LPPM IAIN Parepare, Dr. Muhammad Haramain, M.Sos.I. Beliau dikenal sebagai akademisi yang aktif dalam pengembangan kurikulum berbasis penelitian dan integrasi PKM, sehingga materi yang disampaikan mendapat perhatian besar dari seluruh peserta.

Dalam paparannya, Dr. Muhammad Haramain mengajak para dosen untuk tidak hanya memahami struktur RPS, tetapi juga mampu mengintegrasikan luaran penelitian dan PKM secara efektif dalam kegiatan pembelajaran. Beliau menekankan pentingnya inovasi pedagogis yang berbasis pada hasil riset, sehingga kurikulum tidak hanya menjadi dokumen administratif, tetapi benar-benar menjadi alat peningkatan kualitas pembelajaran.

Materi yang disampaikan juga memberikan gambaran praktis tentang bagaimana dosen bisa mengembangkan RPS yang relevan, adaptif, serta sejalan dengan standar mutu nasional dan kebutuhan masyarakat. Penyajian materi yang sistematis dan aplikatif membuat suasana workshop berjalan dinamis dan interaktif.

Acara workshop dipandu oleh moderator Dr. Muhammad Rafi’iy, M.Th.I, dosen Fakultas Ushuluddin dan Adab, yang berhasil menjaga alur diskusi berjalan efektif dan komunikatif. Peran moderator menjadi kunci dalam memastikan setiap sesi berjalan dengan terarah dan memberikan ruang bagi peserta untuk terlibat aktif.

Antusiasme dosen-dosen FUAD tampak sangat tinggi sepanjang kegiatan. Para peserta terlihat serius mendengarkan pemaparan sekaligus aktif mengajukan pertanyaan, mencerminkan komitmen mereka untuk meningkatkan kualitas pengajaran melalui penyusunan RPS yang lebih komprehensif dan berbasis riset.

Dengan terselenggaranya workshop hari pertama ini, Fakultas Ushuluddin dan Adab berharap para dosen dapat mengimplementasikan materi yang diperoleh dalam penyusunan RPS masing-masing. Workshop ini sekaligus menjadi momentum penting bagi FUAD dalam upaya memperkuat budaya akademik yang berorientasi pada riset dan pengabdian masyarakat.

FUAD BERKUMIS (Berkualitas, Unggul dan Humanis)

Torehan Prestasi: IPII Bawa Pulang Tiga Gelar pada Pemilihan Duta Baca 2025

Pemilihan Duta Baca UIN Datokarama Palu Tahun 2025 kembali digelar dengan semarak, menandai komitmen kampus dalam membangun budaya literasi yang kuat di kalangan mahasiswa. Ajang tahunan yang diselenggarakan oleh UPT Perpustakaan UIN Datokarama ini berhasil menarik perhatian mahasiswa dari berbagai fakultas untuk menunjukkan kapasitas, intelektualitas, serta kecintaan mereka terhadap dunia literasi.

Pada penyelenggaraan tahun ini, prestasi membanggakan diraih oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam (IPII) Fakultas Ushuluddin dan Adab. Mereka sukses menorehkan tiga gelar sekaligus, menegaskan identitas Prodi IPII sebagai pusat lahirnya insan-insan literat di lingkungan kampus.

Arif, salah satu perwakilan Prodi IPII, berhasil meraih Juara 2 Duta Baca Putra 2025. Penampilannya yang tenang, argumentatif, serta pandai mengemas gagasan tentang pentingnya ekosistem literasi digital menjadikan Arif mencuri perhatian dewan juri.

Prestasi berikutnya disusul oleh Syarif Avrizal Timbang, yang juga dari Prodi IPII, dengan meraih Juara 3 Duta Baca Putra. Syarif tampil dengan konsep literasi inklusif dan pentingnya akses pengetahuan untuk seluruh lapisan masyarakat. Gagasannya dianggap relevan dengan tantangan literasi masa kini.

Tak hanya dari kategori putra, Prodi IPII juga bersinar melalui Defani Agraeni, yang sukses meraih gelar Duta Baca Putri Intelegensia 2025. Defani tampil kuat dengan analisis kritis, kemampuan public speaking yang matang, serta pemahaman mendalam tentang isu-isu literasi, sehingga gelar intelegensia layak ia sandang.

Para juri menilai bahwa ketiga mahasiswa tersebut tidak hanya menguasai teori literasi, tetapi juga mampu menunjukkannya dalam bentuk aksi nyata, baik melalui aktivitas akademik, kegiatan sosial, maupun kontribusi mereka di lingkungan kampus.

Pimpinan Fakultas Ushuluddin dan Adab memberikan apresiasi yang tinggi atas pencapaian ini. Menurut mereka, prestasi tersebut menjadi bukti kualitas pembinaan dan lingkungan akademik yang terus diperkuat, terutama di Prodi IPII yang selama ini aktif mengembangkan program-program berbasis literasi.

Sementara itu, panitia Pemilihan Duta Baca UIN Datokarama 2025 menyampaikan bahwa kompetisi tahun ini berlangsung lebih ketat dibanding tahun sebelumnya. Peserta dituntut tidak hanya tampil percaya diri, tetapi juga mampu menyampaikan gagasan secara komprehensif, kritis, dan visioner.

Kemenangan mahasiswa Prodi IPII di ajang bergengsi ini diharapkan mampu menjadi motivasi bagi mahasiswa lain untuk terus menumbuhkan budaya membaca dan menulis. Tak hanya itu, hasil ini juga menjadi dorongan bagi kampus untuk terus menghadirkan lebih banyak ruang literasi bagi mahasiswa.

Dengan torehan prestasi ini, Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam semakin mengukuhkan diri sebagai salah satu prodi yang paling konsisten mendorong gerakan literasi kampus. Harapannya, para duta baca terpilih mampu menjadi representasi terbaik UIN Datokarama dalam kampanye literasi, baik di tingkat lokal maupun nasional.